Menjadi seorang guru adalah peran yang mulia, dengan amanah untuk membimbing dan membina anak didiknya agar menjadi sebaik-baik manusia, yaitu yang bermanfaat bagi sesamanya, agama, bangsa, bahkan dunia.
Dalam menjalankan amanah tersebut seorang guru harus mempunyai kepekaan dalam memahami dan menyikapi setiap kelebihan ataupun kekurangan anak dalam proses pembelajaran, serta harus menjalankannya dengan keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi setiap anak yang belum bisa dengan mudah dibimbing dan dibina.
Pernahkah kita memperhatikan perilaku seorang anak yang berbeda dengan anak-anak yang lain? Seperti kita sebagai seorang guru sedang menjelaskan tentang sesuatu, anak justru tidak memperhatikannya dan malah sibuk memainkan pensilnya? Ketika itu terjadi seringkali orangtua atau guru menilai bahwa anak tersebut adalah anak yang nakal. Kita, sebagai orangtua atau guru alangkah baiknya untuk tidak menilai atau menyimpulkan bahwa anak tersebut termasuk anak yang nakal, karena hal itu akan memberi dampak buruk pada kepribadian anak.
Sebagaimana diterangkan Psikolog Anak Karina Istifarisny pada MNC Portal Indonesia (2021), bahwa “Pada anak kecil, sebutan negatif seperti ‘anak nakal’ itu akan menjadi bagian dari penilaian diri mereka,” Maka, sesulit apapun mengatur anak, kita tidak layak untuk menyebutnya sebagai anak yang nakal, karena bisa saja anak tersebut memiliki kecerdasan kinestetik.
Kecerdasan kinestetik ini identik dengan gerakan tubuh, baik dengan tangan atau gerakan anggota tubuh lainnya. Menurut Howard Gardner dalam Gramedia.com (2022), kecerdasan kinestetik adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang bagus seperti berlari, menari, membuat kerajinan tangan dan lain sebagainya.
Seseorang dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan memahami sesuatu dengan cara terlibat secara aktif pada suatu aktivitas. Kecerdasan ini memiliki pola yang telah ditentukan, seperti menari memiliki gerakan gerakan tertentu yang harus sesuai dengan makna atau tema tarian.
Lalu bagaimana ciri-ciri dari anak yang memiliki kemampuan kecerdasan kinestetik? Menurut Journal of Studies in Education dalam Gramedia.com (2022), terdapat beberapa ciri anak dengan kecerdasan kinestetik.
1. Aktif bergerak
Anak dengan kecerdasan kinestetik sangat menikmati aktivitas yang mengharuskan mereka banyak bergerak, berolahraga, menari atau gerakan gerakan kreatif lainnya, sudah pasti menjadi aktivitas favoritnya. Saat sedang mengobservasi lingkungannya, anak dengan kecerdasan kinestetik tidak ragu menyentuh objek yang membuatnya penasaran.
2. Kemampuan motorik kasar baik
Anak dengan kemampuan kecerdasan kinestetik motorik kasar juga sangat baik. Anak anak dengan motorik kasar dalam proses belajar mengajar tidak akan ragu berkontak langsung dengan lingkungan sekitarnya.
3. Tidak betah diam dan membaca
Ada anak yang betah membaca buku berjam-jam, namun ada juga yang tidak. Anak dengan kecerdasan kinestetik juga lebih memilih mencoba hal baru secara langsung ketimbang menyimaknya hanya lewat buku. Selain itu, anak anak dengan kecerdasan kinestetik juga tertarik dengan interaksi bersama komputer atau keyboard ketimbang sekadar membaca.
4. Suka melakukan eksperimen
Ciri-ciri lain anak dengan kecerdasan kinestetik adalah gemar bereksperimen, berakting melakukan demonstrasi, hingga bermain adu peran atau role play. Eksperimen dan penelitian di laboratorium bisa jadi aktivitas yang sangat menarik bagi mereka.
5. Koordinasi gerakan sangat baik
Kelebihan dari ciri-ciri lain dari anak dengan kecerdasan kinestetik adalah memiliki koordinasi gerakan yang sangat baik. Itu sebabnya mereka bisa sangat berprestasi dalam bidang yang mengharuskan banyak gerakan fisik seperti berolahraga.
6. Banyak menggunakan indera peraba
Ciri lain anak dengan kecerdasan kinestetik adalah berkaitan dengan indera peraba. Mengutip Child First, anak dengan kecerdasan kinestetik lebih menyukai cara belajar dengan melibatkan indera peraba atau sensory teaching. Ini menunjukkan bahwa anak dengan kecerdasan kinestetiknya bisa mudah dalam belajar dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya atau benda-benda yang dipersiapkan untuk membantu anak memahami sesuatu. Seperti untuk memahami huruf-huruf, angka, atau bahkan bisa membantu dalam menghafal surat dan do’a-do’a.
Setelah kita tahu beberapa ciri dari anak yang memiliki kemampuan kinestetik, lalu bagaimanakah cara yang harus kita lakukan untuk mengarahkan dan mengembangkannya?
Menurut Center for Kinestetik Education (CKE) dalam Gramedia.com (2022), anak yang menunjukkan tanda-tanda kebutuhan kinestetik yang kuat sering mendapat manfaat dari kegiatan belajar yang dinamis, yaitu kegiatan belajar yang penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
Jadi diantara yang harus kita lakukan terhadap anak yang memiliki kemampuan kecerdasan kinestetik adalah dengan mengarahkan anak ke dalam hal-hal yang positif melalui apa yang mereka senangi. Namun, jika apa yang anak senangi ternyata terdapat hal yang kurang baik, maka dengan perlahan orangtua atau guru harus memahamkan dan mengarahkan anak. Menurut penulis, hal lain yang bisa dilakukan diantaranya:
1. Bermain
Setiap anak pasti senang ketika dia sedang bermain. Nah melalui bermain ini, kita bisa mengarahkan anak dengan kecerdasan kinestetiknya untuk belajar sesuatu. Seperti salah satunya dengan bermain lego. Warna lego yang bermacam-macam, bentuk dan ukuran lego yang bervariasi, itu bisa digunakan untuk mengenalkan pada anak mengenai warna- warna, bentuk, dan ukuran. Sehingga anak tidak hanya senang bermain, tetapi juga dilatih untuk senang ketika belajar.
2. Melihat
Bagi anak dengan kecerdasan kinestetik, melihat gerakan seseorang itu bisa membuat anak menirunya atau mencontoh gerakan seseorang dengan mudah. Oleh sebab itu, kita sebagai orangtua atau guru hendaknya memberikan contoh yang baik dengan menerapkan adab-adab dan akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam. Juga hendaknya memastikan lingkungan di sekitar anak adalah lingkungan yang bisa membantu anak dengan kecerdasan kinestetiknya agar berada diarah yang positif. Sehingga dengan meniru prilaku baik yang anak lihat, itu bisa menciptakan habits atau kebiasaan baik pada anak.
3. Berinteraksi
Berinteraksi dengan teman sebayanya, merupakan salah satu cara yang terbilang mudah bagi anak dengan kecerdasan kinestetiknya dalam belajar mengenai sesuatu. Juga anak akan senang ketika melakukan aktivitas seperti bermain dan belajar dengan banyak teman. Oleh karena itu, anak dengan kecerdasan kinestetik tidak bisa selalu dibiarkan belajar sendiri di dalam rumah, karena jika seperti itu anak bisa dengan mudah merasa bosan. Maka, berinteraksi dengan orang lain itu menjadi penting dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik anak.
Itulah beberapa point dari ciri dan cara mengarahkan serta mengembangkan anak yang memiliki kemampuan kecerdasan kinestetik. Dari sini kita tahu bahwa mendahulukan memahami seseorang itu lebih penting daripada menilainya.
Dan dari sini juga kita tahu bahwa setiap manusia itu memiliki kekurangan dan kelebihan yang Allah titipkan, tidak hanya pada seorang anak kecil saja yang mempunyai kelebihan dan kekurangan yang perlu diarahkan, tapi bukankah kita pun sama? Dan pada intinya manusia tidak ada yang sempurna, namun bisa menyempurnakan usaha dengan do’a.